Hari ini tepat tanggal 1 Mei, dunia sedang memperingati Hari Buruh Sedunia. Saya sengaja berangkat kerja agak cepat untuk menghindari kemacetan karena hari ini akan diadakan demonstrasi besar-besaran para buruh. Beberapa pabrik diliburkan katanya untuk memperingati hari ini. Ya iyalah, siapa yang mau kerja kalau pegawainya saja pada demo. Hahahha...
Tapi kok perusahaan saya tidak meliburkan pegawainya ya? Saya kan juga buruh (buruh IT). Harusnya orang-orang kantor juga pada ikut demo bareng buruh yang lain. Selama ini istilah buruh selalu ditujukan pada orang-orang yang kerjanya serabutan. Padahal, selama kita masih kerja untuk orang lain, kita semua buruh kan?
Ngomong-ngomong tentang buruh, kalian tahu betapa beratnya kerja serabutan? Saya sendiri pernah merasakan beratnya kerja serabutan. Zaman libur kuliah semester 1, karena libur yang terlalu lama, sekitar 1,5 bulan, saya merasakan kejenuhan yang amat sangat di rumah. Terpikirlah oleh saya untuk pergi mencari pekerjaan. Kan daripada tidak melakukan apa-apa di rumah, tidak dapat uang jajan pula, mending kita cari kerja kan? Dan... sampai pada akhirnya saya ditawari pekerjaan oleh ayah saya. Ayah saya bilang "Mulai kerjanya besok, coba dulu suka apa ngga, kalau ngga suka ya pas istirahat kabur aja". Dengan tampang polos, saya menunjukan ekspresi antusiasme yang luar biasa. Lalu saya jawab "Ya ngga apalah, pasti kuat kok, paling kerjanya ngerapih-rapihin dokumen, disuruh foto copy, bikin report". Saya masih tidak sadar ada sesuatu yang janggal dari perkataan Ayah saya. Keesokan harinya, pagi-pagi saya mulai pergi ke tempat kerja ditemani Ayah. Disana saya lihat ada sekitar 10-15 orang sebaya saya. Hmmm, saya mulai berpikir kok banyak banget yah, ini mau diinterview kah? Kemudian Ayah saya berbicara dengan temannya yang kebetulan personalia di tempat saya akan kerja. Ayah saya bilang "Titip anak saya ya? Dia baru pertama kali". Hhha, mendengar Ayah saya berkata seperti itu, saya cukup terharu betapa perhatiannya dia sama anaknya. Kemudian saya dan 15 orang tadi disuruh mengikuti teman ayah saya itu masuk ke dalam pabrik. Dan... eng ing eng, duerrrr, saya kira kerja di bagian kantornya, eh malah disuruh menjahit kancing. What?? saya gak punya pengalaman menjahit sedikit pun lho.. Disana saya dan teman-teman lain disuruh duduk, kemudian kami dicontohkan beberapa kali tentang cara menjahit kancing. Kemudian setelah dianggap bisa, kami pun mulai menjahit kancing. Sebenernya saya ingin nangis begitu tau ternyata pekerjaannya seperti ini. hiks... Tapi saya tetap bertekad untuk mencobanya.
Jadi, sistem kerjanya begini, kita menjahit kancing ke baju yang sudah ada. Setelah itu, kita mesti lapor untuk satu jam kita berhasil memasang kancing untu berapa baju. Entahlah maksudnya apa, mungkin gaji kita ditentukan oleh seberapa banyak yang kita kerjakan kali ya. Tapi, untuk pegawai yang sudah lama, mereka ditarget 1 jam harus menyelesaikan sekian baju. Karena saya masih baru, mungkin masih ditolerir ga ditarget-target. Untuk ukuran kancingnya lumayan agak besar, dan harga 1 kancingnya itu Rp.30 rb. Jadi, kalau kita menghilangkan 1 kancing saja, akan dipotong dari gaji kita. Masya Allah.. beginikah hidup? Bayangkan dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore terus menjahit kancing. Istirahat hanya 1 jam. Mau solat saja harus ijin dulu dan diwaktu. Hheu. Tangan saya berasa mau copot karena terus menerus menjahit kancing. Mana tempatnya panas sekali. Tadinya sempat berniat kabur pas istirahat, tapi gak berani.. T.T
Ilustrasi tempat menjahit
Ilustrasi menyetrika
Setelah
selesai menyetrika, kita disuruh untuk membantu bagian QC. Saya
membantu mengepak baju-baju yang tela disetrika dan diberi label ke
dalam plastik. Lipatannya harus rapi, kalau ga rapi disuruh lipat ulang
sampai rapi. Hadeeehhh... Akhirnya jam 11 pun tiba. Dan dengan sisa-sisa
tenaga yang ada, saya pulang dijemput Ayah saya yang sudah menunggu di
depan. Karena capek dan kesel, saya nangis di mobil terus bilang ke Ayah
saya "Kok tega banget sih nyuruh anaknya kerja beginian. (Sambil
nangis)". Lalu Ayah saya menjawab "Ya, kan cuma pengen kamu tau aja
kalau kerja itu ngga gampang, makanya harus prihatin. Jangan
mentang-mentang ga nyari duit, terus minta-minta uang ke orang tua buat
hal-hal yang ga penting. Sekarang tau sendiri kan rasanya kerja kaya
gimana. Nanti kalau udah kerja, hargain apa yang udah di dapet. Jangan
foya-foya. Pikirin masa depan juga". #jleb banget gak sih?
Ternyata,
maksud Ayah saya itu begitu toh. Cukup bagus sih mendidik anaknya, cuma
agak kebangetan gak sih? Dan keesokan harinya saya kapok gak balik lagi
ke pabrik itu. Semaleman tangan pegel sampai-sampai kebawa mimpi lagi
menjahit kancing. Weeew.. Jadi intinya saya kerja dari jam 8 pagi hingga
jam 11 malam tanpa dibayar. Hheu, saya relakan dah. Hha..
Eh,
kok jadi saya yang curcol yah? hhe. Ya gak heran lah yah, kita sering
melihat buruh demo minta kenaikan gaji karena memang mereka kerjanya
berat sekali sodara-sodara plus dimaki-maki. Di tengah harga kebutuhan
sehari-hari yang semakin melonjak tinggi dan juga harus mencukupi
tanggungan hidup keluarganya. Ya inilah hidup, tapi kita harus tetap
menghargai jerih payah kita. Gunakanlah hasil jerih payah kita untuk
sesuatu yang berguna untuk masa depan dan keluarga kita kelak. Selalu
bersyukur dengan apa yang didapat saat ini. Semoga menjadi lebih baik di
masa yang akan datang. Amin. Happy Labour Day!!! Hidup para buruh!!!
Tetap semangat untuk kalian semua.. ^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar